Bicara anak muda berarti sedang bahas generasi nih… (absen dulu, ada gen z gak yang hadir baca tulisan ini? Gen alpha mungkin. Dan realitasnya anak muda sekarang itu adalah generasi anak muda yang menurutku luar biasa, yang aktif, kreatif, inovatif tetapi tetap butuh yang namamnya perhatian yang istimewa.
Dan aman atau ada persoalan? Ya disemua generasi pasti ada sisi baiknya. Tetapi dilihat sekarang itu kok ya banyak permasalahan. Why? Kita tahu bahwa perkembangan zaman yang semakin maju ini, teknologi informasi komunikasi yang semakin canggih itu membuat mudah terkontaminasi dengan budaya-budaya yang ada diluar sana sehingga mudah terbawa arus pada hal-hal yang negatif yaitu pada pergaulan bebas. Yang mana banyak macamnya seperti seks bebas, aktivitas pacaran di kalangan remaja.
Dan ini menjadi salah satu sumber keresahan bagi kami sebagai pendidik ketika dihadapkan pada realitas anak muda saat ini. Apalagi ini terjadi disemua tempat tidak hanya kasuistik saja. Bahkan berdasarkan data Indonesia mengalami Darurat Perilaku Seks Bebas.
1. Makin Tinggi Jumlah Kasus/Pelaku
BKKBN pada tahun 2024 menyebutkan bahwa 60% remaja usia 16 – 17 tahun pernah melakukan hubungan seksual. Pada kelompok usia 19-20 tahun ada 20% yang pernah melakukan hubungan seksual. Bahkan pada remaja usia 14-15 tahun juga ada 20% yang pernah melakukan hubungan seks. (https://fraksi.pks.id).
2.Perilaku Seks Bebas
Jurnal Sehat Mandiri, Volume 12 No 2 Desember 2017
p-ISSN 19708-8517, e-ISSN 2615-8760 Oleh: H. Haryadi
3. Makin Luas Sebaran Kasus
4. Makin Besar Dampak Kerusakan
Tentunya sedih, melihat hal yang semacam itu. Kan ini mejadi tugas pendidik. Apalagi sebagai guru BK, ada rasa tanggung jawab didalam membantu. Dan ini miris sekali, kita ingin anak menjadi lebih baik, kok malah seperti ini.
Maka ini harus disolusi segeara. Artinya solusi tidak hanya kita sebagai seorang guru tetapi dari berbagai pihak. Dan ketika bicara solusi, hal pertama yang bisa kita lakukan yaitu melihat penyebabnya itu apa.
Di BK itu seperti ini, kalau melihat kasus yang kita lihat pertama itu adalah klien/individu. Kemudian kita asesmen diidentifikasi mencari latar belakang klien sampai nanti ditentukan diagnosa berkaitan problem dan bantuan yang akan diberikan.
Dan biasanya problem itu berangkat dari individu itu sendiri. Kenapa individu bisa berproblem? ya tentu adanya pemicu. Dan pemicu itu berasal dari hal personal. Kan orang itu dibentuk dari apa yang dia lihat, dia dengar, dan apa-apa informasi yang masuk dalam dirinya.
Berarti kalau sampai melakukan hal seperti itu, kan berarti tergantung apa yang dia konsumsi. Bisa jadi yang dikonsumsi adalah tontonan-tontonan yang tidak baik seperti drama romantis, film dewasa, webtoon/webcomic yang menyediakan konten bacaan 17+, iklan-iklan senonoh berseliweran yang bisa dilihat kapan saja. Sehingga memunculkan dorongan untuk melakukan yang demikian dan melampiaskannya. Dan ini bisa terjadi karena pengendalian diri kurang. Ada dorongan, dia terpantik kemudian dia tidak mampu mengendalikan diri nih karena self controlnya kurang.
Self control/kontrol diri ini sesuatu yang bisa mengerem dia. Dan yang mampu mengerem itu apa sih? Ya biasanya kesadaran. Dan kesadaran itu kaitannya dengan apa? Ya hubungan dengan agamanya seperti apa, kekuatan keimanan seperti apa? Berarti ini lekat dengan bagaimana hubungan kedekatan kepada Allah.
Penyebab dari keluarga, penyebabnya bisa dari fatherlees/motherless. Banyak nih kita jumpai anak muda yang kurang perhatian, orang tunya kerja berangkat pagi pulang malam sehingga anak mencari perhatian kepada orang lain yang dianggap bisa memberikan kasih sayang yaitu dengan pacaran.
Selain itu banyak orang tua yang mengizinkan anaknya untuk berpacaran. Memberi lampu hijau kepada anaknya untuk bermaksiat. (Contoh: Pak, ijin keluar sebentar ya… silahkan, tapi jangan sampai larut malam ya.. ttdj ya…martabak jangan lupa.. ).
Sekarang masyarakat, masyarakat cenderung acuh tak acuh, tidak peduli dengan hal demikian. Dan mencoba menormalisasi zina, menganggap itu suatu hal yang wajar. (gak punya pacar dianggap cupu, gak punya pacar dianggap gak gaul, gak punya pacar dianggap ketinggalan? Gak punya uang dianggap)? Temen-temen pilih gak punya pacar atau gak punya uang?) Sehingga ini mengakibatkan kerusakan cara pandang antara interaksi laki-laki dan perempuan yang seharusnya ada batasan tetapi malah tidak ada.
Dari negara, negara membiarkan banyak konten senonoh berseliweran sehingga mudah untuk mengaksesnya. Seharusnya negara menutup dan menghapus seluruh akses. Bahkan baru-baru ini ada kebijakan pemerintah PP no.28 tahun 2024 dimana jika ini benar-benar dijalankan kami khawatir dengan adanya peraturan tersebut.
JADI, Sebagai seorang guru tidak bisa sendirian, butuh saling bersinergi, tidak boleh diam. Kalau disini ada guru atau calon guru harus lebih kritis untuk menjaga generasi.
Barakallahufikum...


Semoga tulisan ini bisa memberikan kebermanfaatan bagi para pembacanya, Aamiin.
BalasHapus