MAKALAH
PSIKOLOGI UMUM
“INGATAN, KELUPAAN,
FUNGSI MENYIMPAN, PROSES BERFIKIR, DAN BERFIKIR KREATIF”
Dosen
Pengampu: M Rozikan

Disusun
Oleh:
Kelompok
5
Wijaya Kusuma
Aditya N (12110160)
Indah
Saputri (12110177)
Khasanatul
Lidayati (12110183)
JURUSAN PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
DAN
BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP
PGRI SEMARANG
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Semua manusia
dibumi ini pasti diciptakan dengan dibekali akal pikiran dari sang pencipta. Diberi
kemampuan untuk mengingat apa yang dilihat atau yang ditangkap melalui
persepsinya. Membicarakan tentang ingatan sebenarnya juga berbicara mengenai
kelupaan. Karena ingatan dan kelupaan dapat diibaratkan sebagai sekeping mata
uang yang bermuka dua, satu sisi dengan sisi yang lain tidak dapat dipisahkan. Hubungan
antara apa yang diingat dengan apa yang
dilupakan merupakan perbandingan yang terbaik. Ini berarti bahwa makin banyak
yang dapat diingat, akan makin sedikit yang dilupakan, begitu sebaliknya.
Selain itu, hal yang
dapat membedakan antara manusia dengan makhluk lain yaitu, adanya kemampuan
manusia untuk berfikir. Proses dalam pemecahan masalah itulah yang disebut dengan proses
berfikir. Manusia dapat
berkreasi dan berinovasi sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Orang yang berfikir kreatif akan menciptakan sesuatu
yang baru, timbulnya atau munculnya hal baru tersebut secara tiba-tiba ini yang berkaitan dengan insight (pemahaman).
Hal-hal
tersebut yang
akan menjadi kajian pada pembahasan dalam makalah ini, diharapkan mampu memberikan
pengetahuan serta wawasan yang lebih. Dan mampu memberikan referensi serta
pengetahuan yang lebih luas dan memberikan manfaat yang positif bagi semua.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
ingatan itu?
2. Bagaimanakah
proses terjadinya kelupaan?
3. Bagaimana
fungsi penyimpanan itu?
4. Bagaimanakah
proses berfikir itu?
5. Bagaimanakah
berfikir kreatif itu?
C.
Tujuan
Masalah
1. Untuk
mengetahui apa ingatan itu.
2. Untuk
mengidentifikasi proses terjadinya kelupaan.
3. Untuk
mengidentifikasi bagaimana terjadinya fungsi penyimpanan.
4. Untuk
menjelaskan bagaimana proses berfikir.
5. Untuk
mengetahui bagaimana berfikir kreatif .
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ingatan
Ingatan
merupakan alih bahasa dari memory. Pada umumnya para ahli memandang sebagai
hubungan antara pengalaman dengan masa lampau. Hal ini menunjukkan bahwa
manusia mampu menerima, menyimpan, dan menimbulkan kembali
pengalaman-pengalaman yang pernah dialaminya.
Orang dapat
mengingat suatu kejadian, ini berarti kejadian yang diingat itu pernah dialami,
atau dengan kata lain kejadian itu pernah dimasukkan kedalam jiwanya, kemudian
simpan dan pada suatu waktu kejadian itu
ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Dengan demikian, maka ingatan itu
merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk menerima atau
memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali
(remembering) hal-hal yang telah lampau (Woodworth dan Marquis, 1957).
Istilah lain yang juga sering
digunakan untuk memasukkan (encoding), menyimpan (storage), dan untuk
menimbulkan kembali (retrieval).
Sifat ingatan
antara lain sebagai berikut:
1). Ingatan yang cepat dan mudah;
artinya seseorang dapat dengan mudah dalam menerima kesan-kesan, misal ada
orang yang dengan cepat dapat mengingat suatu lagu dan ada pula yang lambat.
2). Ingatan yang luas; artinya
sekaligus seeorang dapat menerima banyak kesan-kesan dalam daerah yang luas.
3). Ingatan yang teguh; artinya
kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, melainkan tetap
sebagaimana pada waktu menerimanya atau tidak mudah lupa.
4). Ingatan yang setia; artinya
artinya kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, melainkan tetap
sebagaimana pada waktu menerimanya.
5). Ingatan mengabdi atau patuh;
artinya bahwa kesan yang pernah dicamkan dapat dengan mudah direproduksi secara
lancar.
Tahapan atau
stage tertentu dalam mengingat: stimulus yang merupakan sensory input
dipersepsi melalui alat indera (sensory register). Untuk mengadakan persepsi
perlu adanya perhatian. Apa yang dipersepsi itu masuk dalam ingatan, dan dalam
waktu yang singkat apa yang persepsi itu dapat ditimbulkan kembali sebagai
memory output. Ini yang disebut short-term memory atau short-term store. Namun
ada juga yang tidak segera ditimbulkan sebagai output memory, tetapi disimpan
dalam ingatan melalui encoding. Dan baru pada suatu waktu apabila dibutuhkan
untuk ditimbulkan kembali (retrival) sebagai memory output. Inilah yang disebut
long-term memory atau long-term store.
Dengan demikian,
dapat dibedakan antara short-term memory, long-term memory dan sensory memory.
Perbedaan antara ketiga macam ingatan tersebut terletak pada waktu antara
masuknya stimulus untuk dipersepsi dn ditimbulkannya kembali sebagai memory
output. Apabila jarak waktu antara pemasukan stimulus dan penimbulan kembali
sebagai memory output berkisar antara 20-30 detik merupakan short-term memory,
sedangkan selebihnya merupakan long-term memory, dan untuk sensory memory
waktunya lebih pendek lagi, kira-kira 1 detik.
Beberapa
eksperimen mengenai ingatan, tokoh yang mempelopori eksperimen mengenai ingatan
adalah Ebbinghaus. Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ingatan dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1) Metode
dengan melihat waktu atau usaha belajar (the learning time method)
Metode ini merupakan penelitian
ingatan dengan melihat sampai sejauh mana waktu yang diperlukan oleh S (subjek)
untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik, misalnya dapat
mengingat kembali materi tersebut tanpa kesalahan.
2) Metode
belajar kembali (the relearning method)
Metode ini merupakan metode yang
berbentuk S (subyek) disuruh mempelajari kembali materi yang pernah dipelajari sebelumnya sampai pada suatu kriteria
tertentu, seperti pada S mempelajari materi tersebut pada pertama kali.
Misalnya S mempelajari syair sampai hafal betul membutuhkan waktu 10 menit,
kemudian pada saat mempelajari yang kedua kalinya hanya membutuhkan waktu 8
menit. Jadi, ada waktu 2 menit yang dihemat dan disimpan.
3) Metode
rekonstruksi
Metode ini merupakan metode yang
berbentuk dimana subyek disuruh mengkonstruksi kembali suatu materi yang
diberikan kepadanya. Misalnya seperti permainan puzzle, subyek disuruh untuk
menggabungkan kembali sesuai dengan bentuk semula.
4) Metode
mengingat kembali
Metode ini digunakan untuk
mengambil bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subyek disuruh untuk
mempelajari suatu materi kemudian diberikan materi untuk mengetahui samapi
sejauh mana yang dapat diingat dengan bentuk pilihan benar salah atau dengan
pilihan ganda.
5) Metode
asosiasi berpasangan
Metode ini mengambil bentuk subyek
disuruh secara berpasang-pasangan. Misalnya mengingat nama seseorang beserta nomor
teleponnya.
B.
Kelupaan
Berbicara mengenai
ingatan sebenarnya juga berbicara mengenai kelupaan. Karena ingatan dan
kelupaan dapat diibaratkan sebagai sekeping mata uang yang bermuka dua, satu
sisi dengan sisi yang lain tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara apa yang diingat dengan apa yang dilupakan
merupakan perbandingan yang terbaik. Ini berarti bahwa makin banyak yang dapat
diingat, akan makin sedikit yang dilupakan, begitu sebaliknya.
Terdapat
beberapa teori tentang kelupaan :
1. Teori
atropi
Teori ini juga sering disebut teori
disense atau teori disuse, yaitu suatu teori mengenai
kelupaan yang menitikberatkan pada lama interval. Menurut teori ini kelupan
terjadi karena jejak-jejak ingatan atau memory
traces telah lama tidak ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran, hingga
pada akhirnya orang akan mengalami kelupaan. Teori ini lebih bersumber pada
aspek fisiologis, apabila otot-otot lama tidak digunakan, otot tidak dapat
menjalankan fungsinya dengan baik/mengalami kelumpuhan, demikian pula halnya
dengan ingatan.
2. Teori
interferensi
Teori ini lebih menitikberatkan
pada isi interval. Menurut teori ini kelupaan itu terjadi karena memory traces saling bercampur satu
dengan yang lain dan saling mengangggu, saling berinterferensi sehingga hal ini
dapat menimbulkan kelupaan. Teori interferensi dapat dibedakan (1) interferensi
yang proaktif, dan (2) interferensi yang retroaktif.
Interferensi
yang proaktif adalah interferensi yang terjadi bahwa materi yang mendahului
akan mengganggu materi yang kemudian dan ini dapat menimbulkan kelupaan.
Apabila ini diformulasikan dalam bentuk diagram maka bentuknya sebagai berikut.
Kelompok
eksperimen : belajar A, belajar
B, tes B
Kelompok
kontrol : belajar B, tes
B
Dalam
hal ini maka materi A yang dipelajari oleh kelompok eksperimen akan dapat
mengganggu pada waktu S (subjek) melakukan tes B, sehingga hal tersebut dapat
menimbulkan kelupaan pada materi B. Ini yang disebut dengan interferensi
proaktif.
Interferensi
retroaktif adalah inteferensi yang terjadi bahwa materi yang dipelajari
kemudian dapat menginterferensi materi yang dipelajari lebih dahulu. Apabila
ini diformulasikan dalam bentuk diagram, maka bentuknya sebagai berikut.
Kelompok
eksperimen : belajar A, belajar
B, tes A
Kelompok
kontrol : belajar A, tes
A
Dalam hal ini materi B
yang dipelajari oleh kelompok eksperimen akan dapat menggamggu S (subjek) pada
waktu subjek mengerjakan tes A, materi B akan menginterferensi materi A. Ini
yang dimaksud dengan interferensi retroaktif.
Dengan demikian akan jelaslah kedua teori mengenai
sebab-sebab terjadinya kelupaan itu. Tetapi kalau diteliti lebih lanjut
keduanya mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kelupaan. Dengan adanya
kelupaan menunjukkan bahwa kemampuan mengingat manusia itu terbatas.
Maka langkah praktis agar yang disimpan dalam
ingatan itu tetap baik, diperlukan ulangan-ulangan dari bahan-bahan yang pernah
dipelajari. Seperti hukum Jost: belajar empat kali a 2 jam, akan lebih baik
hasilnya apabila dibanding dengan belajar 8 jam sekaligus, sekalipun waktunya sama
yaitu 8 jam.
C.
Fungsi
Menyimpan
Fungsi kedua
dari ingatan adalah mengenai penyimpanan (retention) apa yang dipelajari atau
apa yang dipersepsi. Problem yang timbul berkaitan dengan fungsi ini ialah
bagaimana agar yang telah dipelajari atau yang telah dimasukkan dapat disimpan
dengan baik, sehingga suatu waktu dapat ditimbulkan apabila dibutuhkan.
Setiap proses
belajar akan menimbulkan jejak-jejak (traces) dalam jiwa seseorang, dan jejak
ini untuk sementara disimpan dalam ingatan yang pada suatu waktu dapat
ditimbulkan kembali, disebut sebagai memory traces.
Tetapi tidak
semua memory traces akan tetep tetap tinggal dengan baik, karena pada suatu
waktu memory traces dapat hilang, dalam hal ini orang mengalami kelupaan.
Disamping memory
traces dapat hilang, juga dapat berubah tidak seperti semula, sehingga apabila
ditimbulkan kembali untuk diingat, apa yang muncul tidak seperti pada waktu
dipelajari hal tersebut. Hal ini yang disebut bahwa ingatan ingatan orang
tersebut tidak setia, apa yang diingat dapat berubah atau berkurang dari
keadaan pada waktu dipelajari. Ada bagian yang hilang atau tidak dapat diingat
kembali.
Sehubungan
dengan masalah penyimpanan (retensi) dan juga mengenai masalah kelupaan, suatu
persoalan yang timbul ialah soal interval, yaitu jarak waktu antara memasukkan
atau mempelajari dan menimbulkan kembali apa yang telah dipelajari.
Mengenai
interval dapat dibedakan antara lain sebagai berikut:
1). Lama interval, yaitu berkaitan
dengan lamanya waktu antara waktu pemasukan bahan (act of learning) sampai
ditimbulkan kembali bahan itu. Lama interval berkaitan dengan kekuatan retensi.
Makin lama interval, makin kurang retensinya, ataundengan kata lain kekuatan
retensinya turun.
2). Isi interval, yaitu berkaitan
dengan aktivitas-aktivitas yang terdapat atau mengisi interval.
Aktivitas-aktivitas yang mengisi interval akan merusak atau mengganggu memory
traces sehingga kemungkinan individu akan mengalami kelupaan.
D.
Proses Berfikir
Proses dalam pemecahan
masalah itu disebut proses berfikir. Dalam pemecahan masalah timbullah dalam
jiwa kita berbagai kegiatan, antara lain:
1.
Kita menghadapi suatu situasi yang mengandung masalah. Pertama-tama kita
mengetahui lebih dulu apa masalahnya, atau apakah yang kita hadapi itu suatu masalah.
2.
Bagaimanakah masalah itu dapat dipecahkan.
3.
Hal-hal manakah yang sekiranya dapat membantu pemecahan masalah tersebut.
4.
Apakah tujuan masalah itu
dipecahkan.
Dari bermacam-macam masalah, ada pula bermacam-macam cara pemecahan antara lain:
• Dengan insting
• Dengan kebiasaan-kebiasaan
• Dengan aktivitas pikir
Dalam proses berfikir juga timbul berbagai kegiatan-kegiatan jiwa antara lain:
•
Membentuk pengertian
•
Membentuk pendapat
• Membentuk kesimpulan
D.
Berfikir
Kreatif
Orang yang berfikir kreatif akan menciptakan sesuatu
yang baru, timbulnya atau munculnya hal baru tersebut secara tiba-tiba ini yang berkaitan dengan insight.
Dalam berfikir kreatif ada beberapa tingkatan sampai
seseorang memperoleh sesuatu hal yang baru atau pemecahan masalah.
Tingkatan-tingkatan tersebut
antara lain
adalah sebagai berikut:
1.Persiapan (preparation), yaitu tingkatan seseorang memformulasikan masalah dan mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang dipandang berguna dalam memperoleh pemecahan yang baru.
2.Tingkatan inkubasi, yaitu berlangsungnya masalah tersebut dalam jiwa seseorang, karena individu tidak segera memperoleh pemecahan masalah.
3.Tingkat masalah atau iluminasi, yaitu tingkatan dimana mendapatkan pemecahan masalah, seseorang mengalami “Aha”, secara tiba-tiba akan memperoleh pemecahan masalah tersebut.
4.Tingkat evaluasi, yaitu mengecek apakah permasalahan yang diperoleh pada tingkat iluminasi itu cocok atau tidak.
5.Tingkat revisi, yaitu mengadakan revisi terhadap pemecahan yang diperolehnya.
1.Persiapan (preparation), yaitu tingkatan seseorang memformulasikan masalah dan mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang dipandang berguna dalam memperoleh pemecahan yang baru.
2.Tingkatan inkubasi, yaitu berlangsungnya masalah tersebut dalam jiwa seseorang, karena individu tidak segera memperoleh pemecahan masalah.
3.Tingkat masalah atau iluminasi, yaitu tingkatan dimana mendapatkan pemecahan masalah, seseorang mengalami “Aha”, secara tiba-tiba akan memperoleh pemecahan masalah tersebut.
4.Tingkat evaluasi, yaitu mengecek apakah permasalahan yang diperoleh pada tingkat iluminasi itu cocok atau tidak.
5.Tingkat revisi, yaitu mengadakan revisi terhadap pemecahan yang diperolehnya.
Hambatan-hambatan
yang mungkin timbul dalam proses berfikir dapat disebabkan antara lain karena
(1) data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus
diperoleh, (2) data yang ada belum dalam keadaan confuse, data yang satu
bertentangan dengan data yang lain, sehingga hal ini akan membingungkan dalam
proses berfikir.
Kekurangan
data dan kurang jelasnya data akan menjadikan hambatan dalam proses berfikir
seseorang, lebih-lebih kalau datanya bertentangan satu dengan yang lain,
misalnya dalam ceritera-ceritera detektif. Karena itu ruwet tidaknya sesuatu
masalah, lengkap tidaknya data akan dapat membawa sulit tidaknya dalam proses
berfikir seseorang.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Ingatan
itu merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk menerima atau
memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali
(remembering) hal-hal yang telah lampau.
2. Hubungan
antara apa yang diingat dengan apa yang
dilupakan merupakan perbandingan yang terbaik. Makin banyak yang dapat diingat,
akan makin sedikit yang dilupakan, begitu sebaliknya.
3. Fungsi
kedua dari ingatan adalah mengenai penyimpanan (retention) apa yang dipelajari
atau apa yang dipersepsi.
4. Proses dalam pemecahan masalah itu disebut proses berfikir.
5.
Berfikir kreatif akan
menciptakan sesuatu yang baru, timbulnya atau munculnya hal baru tersebut
secara tiba-tiba ini yang berkaitan dengan insight.
B.
Saran
Jika ingin ingatan kita masih tetap
jernih, diharuskan untuk mengulang lebih sering tentang hal-hal yang telah kita
pelajari sebelumnya, agar tidak terdelete memori-memori tersebut dari pikiran
kita.
DAFTAR PUSTAKA
Walgito, Bimo. 2004 . Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta :
Andi.
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar