MAKALAH
DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING
“LAYANAN ORIENTASI DAN INFORMASI”
Dosen
Pengampu: Dra. Tri Hartini M.Pd

Disusun
Oleh :
Lailatul
Uktafiyah 12110158
Rohmad
Bilal Nugroho 12110168
Khasanatul
Lidayati 12110183
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DAN
BIMBINGAN
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
IKIP
PGRI SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bimbingan
dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal,
dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku (SK
Mendikbud No. 025/D/1995).
Bimbingan dan konseling
merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu
mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif,
pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam
lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan
individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui
interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan
tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi
dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan,
merubah dan memperbaiki perilaku.
Bimbingan
dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan
mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi,
melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. (Naskah
Akademik ABKIN, Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, 2007).
Merujuk pada
UU No. 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, sebutan untuk guru pembimbing dimantapkan menjadi ’Konselor.” Keberadaan konselor dalam
sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik,
sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara,
fasilitator dan instruktur (UU No. 20/2003, pasal 1 ayat 6). Pengakuan
secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga pendidik satu dengan yang
lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk
konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting layanan
spesifik yang mengandung keunikan dan perbedaan.
Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan dan
konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak
adanya landasan hukum, undang-undang atau ketentuan dari atas, namun yang lebih
penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya secara
optimal (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
moral-spiritual).
Dalam konteks tersebut, hasil studi lapangan (2007) menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah sangat dibutuhkan, karena banyaknya masalah peserta didik di Sekolah/Madrasah, besarnya kebutuhan peserta didik akan pengarahan diri dalam memilih dan mengambil keputusan, perlunya aturan yang memayungi layanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, serta perbaikan tata kerja baik dalam aspek ketenagaan maupun manajemen.
Dalam konteks tersebut, hasil studi lapangan (2007) menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah sangat dibutuhkan, karena banyaknya masalah peserta didik di Sekolah/Madrasah, besarnya kebutuhan peserta didik akan pengarahan diri dalam memilih dan mengambil keputusan, perlunya aturan yang memayungi layanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, serta perbaikan tata kerja baik dalam aspek ketenagaan maupun manajemen.
Layanan
bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik dalam pengenalan
diri, pengenalan lingkungan dan pengambilan keputusan, serta memberikan arahan
terhadap perkembangan peserta didik; tidak hanya untuk peserta didik yang
bermasalah tetapi untuk seluruh peserta didik. Layanan bimbingan dan konseling
tidak terbatas pada peserta didik tertentu atau yang perlu
‘dipanggil’ saja”, melainkan untuk seluruh peserta didik. Layanan orientasi dan informasi akan menjadi
kajian pada pembahasan dalam makalah ini, diharapkan mampu memberikan
pengetahuan serta wawasan yang lebih dalam memberikan referensi serta
pengetahuan dalam pemahaman layanan orientasi dan informasi di sekolah/madrasah
ataupun di masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian layanan
orientasi?
2.
Apa sajakah macam-macam
layanan orientasi?
3.
Apakah pengartian layanan
informasi?
4.
Apa sajakah jenis-jenis
layanan informasi?
C. Tujuan Masalah
1.
Untuk menjelaskan
pengertian layanan orientasi.
2.
Untuk menyebutkan macam-macam
layanan orientasi.
3.
Untuk menjelaskan
pengertian layanan informasi.
4.
Untuk menyebutkan jenis-jenis layanan informasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian layanan orientasi
1.
Layanan orientasi
Layanan orientasi adalah layanan
bimbingan yang dilakukan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungannya
yang baru dimasukinya. Pemberian layanan ini bertolak dari anggapan bahwa
memasuki lingkungan baru bukanlah hal yang selalu dapat berlangsung dengan
mudah dan menyenangkan bagi setiap orang. Ibarat seseorang yang baru pertama
kali datang ke sebuah kota besar, maka ia berada dalam serba buta; buta tentang
arah yang hendak dituju, buta tentang jalan- jalan, dan buta tentang itu dan
ini. Akibat dari kebutaannya itu, tidak jarang ada yang tersesat dan tidak
mencapai apa yang hendak ditujunya. Demikian juga bagi siswa baru disekolah dan
atau bagi orang-orang yang baru memasuki suatu dunia kerja, mereka belum banyak
mengenal tentang lingkungan yang baru dimasukinya. Tujuan
layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
B. Macam-macam layanan orientasi
1.
Layanan orientasi di sekolah
Bagi siswa, ketidakkenalan atau
ketidaktahuannya terhadap lingkungan lembaga pendidikan (sekolah) yang di
sekolah baru dimasukinya itu dapat memperlambat kelangsungan proses belajarnya
kelak. Bahkan dapat membuatnya tidak mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Allan & McKean (1984) menegaskan bahwa tanpa
program-program orientasi, periode penyampaian untuk sebagian besar siawa
berlansung kira-kira tiga bulan atau empat bulan. Beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian yaitu;
·
Program orientasi yang efektif mempercepat peoses
adaptasi, dan juga memberikan kemudahan untuk mengembangkan kemampuan untuk
memecahkan masalah.
·
Murid-murid yang mengalami masalah penyesuaian
ternyata kurang berhasil di sekolah.
·
Anak-anak dikelas sosio-ekonomi yang rendah memerlukan
waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri daripada anak-anak dari kelas
sosio-ekonomi yang lebih tinggi.
Individu yang memasuki lingkungan baru perlu segera
dan secepat mungkin memahami lingkungan barunya. Individu yang memasuki
lingkungan baru perlu segera dan secepat mungkin memahami lingkungan barunya.
Hal yang perlu diketahui pada garis besarnya adalah keadaan lingkungan fisik (gedung-gedung,
peralatan, kemudahan-kemudahan fisik), materi dan kondisi kegiatan (jenis
kegiatan, lamanya kegiatan berlangsung), peraturan dan berbagai ketentuan
lainnya (disiplin, hak dan kewajiban), jenis personal yang ada, tugas
masing-masing dan saling hubungan diantara mereka. Untuk lingkungan sekolah
misalnya:
a.
Sistem penyelenggaraan kehidupan pendidikan pada
umumnya
b.
Kurikulum yang ada
c.
Penyelenggaraan pengajaran
d.
Kegiatan belajar siswa
e.
Sistem penilaian, ujian, dan kenaikan kelas
f.
Fasilitas dan sumber belajar yang ada (seperti ruang
kelas, laboratorium, perpustakaan dll)
g.
Fasilitas penunjang (sarana olahraga, pelayanan
kesehatan, pelayanan BK, kafetaria dll)
h.
Staf pengajar dan tata usaha
i.
Hak dan siswa
j.
Organisasi siswa
k.
Organisasi orang tua siswa
l.
Organisasi siswa secara menyeluruh
2.
Metode layanan orientasi siswa
Untuk anak-anak yang segera akan memasuki SLTP, Allen
& McKean menyarankan beberapa kegiatan:
a.
Kunjngan ke SD pemasok
Petugas dari SLTP mengunjungi SD-SD yang akan memasuki
SLTP tersebut, lalu menjelaskan berbagai ihwal-ihwal SLTP tersebut kepada
murid-murid SD kelas tinggi. Alangkah baiknya kalau penjelasan itu dilengkapi
dengan penyajian gambar, film, dan sebagainya dan dibuka tanya jawab
seluas-luasnya kepada murid-murid SD tersebut.
b.
Kunjungan ke SLTP pemesan
Murid-murid SD tertinggi mengunjungi SD yang akan
dimasuki, mereka melihat lingkungan dan kelengkapan sekolah, menerima
penjelasan lengkap dengan gambar, film, poster dan sebagainya.
c.
“Malam” pertemuan dengan orang tua
Orang tua murid baru di undang untuk menghadiri suatu
pertemuan untuk beramah-tamah dengan
staf sekolah dan menerima penjelasan tentang sekolah tempat anak-anak mereka
belajar.
d.
Staf konselor bertemu dengan guru membicarakan
siswa-siawa baru
Dengan guru-guru koselor membicarakan materi orientasi
dan cara-cara penyampaiannya kepada siswa.
e.
Mengunjungi kelas
Konselor berkeliling mengunjungi kelas-kelas murid
baru dan menjelaskan dengan berbagai alat bantu dan prosedur tanya jawab
tentang berbagai materi.
f.
Memanfaatkan siswa senior
Setiap murid baru diberi kawan pendamping senior untuk
memberi penjelasan dan membantu siswa baru dalam segala hal yang berkenaan
dengan keadaan sekolah dan bagaimana berlaki sebagai siswa yang baik.
3.
Layanan orientasi diluar sekolah
Demikian pula individu-individu yang
memasuki lingkungan baru diluar, seperti pegawai baru, anggota baru suatu
organisasi, bekas narapidana, dan kecuali pengantin baru semuanya memerlukan
orietasi tentang lingkungan barunya itu.
Cara penyajian orientasi diluar sekolah sangat
tergantung pada jenis orientasi yangt diperlukan dan siapa yang memerlukannya.
Lembaga-lembaga seperti “Badan Penasihat Perkawinan”, “Pusat Rehabilitasi
Narapidana”, “Pusat Orientasi Tenaga Kerja”, dan lain-lain dapat dibentuk dan
konselor menjadi tenaga ahli serta penggerak lembaga bantuan khusus di
masyarakat itu.
C. Pengetian layanan informasi
Secara umum bersama dengan layanan orientasi bermaksud memberikan pemahaman
kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang
diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan
arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Lebih jauh layanan ini akan
dapat menunjang pelaksanaan fungsi BK lainya
yang berkaitan dengan masalah individu.
Yang juga memungkinan peserta
didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar,
pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah
membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang
sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan
informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
Ada tiga alasan utama mengapa pemberian informasi perlu diselenggarakan.
Pertama, membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan yang
diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan
sekitar, pendidikan, jabatan, maupun soaial budaya. Dalam hal ini, layanan
informasi berusaha merangsang individu untuk dapat secara kritis mempelajari
berbagai informasi berkaitan dengan hajat hidup dan perkembangannya. Kedua,
kemungkinan individu dapat menentukan arah hidupnya “kemana dia akan pergi”.
Dengan kata lain, berdasarkan atas informasi yang diberikan itu individu diharapkan
dapat membut rencana-rencana dan keputusan tentang masa depannya serta
bertanggung jwab atas rencana dan keputusan yang dibuatnya itu. Dan ketiga,
setiap individu adalah unik.Keunikan itu akan membawa pola-pola pengaambilan
keputusan dan bertindak yang berbeda-beda disesuaikan dengan aspek-aspek kepribadian
masing-masing individu.
Dengan demikian, akan terciptalah dinamika perkembangan individu dan
masyarakat berdasarkan potensi positif yang ada pada diri individu dan
masyarakat. Dengan ketiga alasan itu, layanan informasi amat tinggi
tingkatannya. Barang siapa tidak memperoleh informasi, maka ia akan tertinggal
dan akan kehilangan masa depan.
D. Jenis-jenis layanan informasi
1.
Jenis-jenis informasi
a.
Informasi pendidikan
Norris, Hatch, Engelkes & Winborn (1997)
menekankan bahwa informasi pendidikan meliputi data dan keterangan yang sahih
dan berguna tentang kesempatan dan syarat-syarat berkenaan dengan berbagi jenis
pendidikan yang ada sekarang dan akan datang.
Jenis-jenis informasi pada setiap tingkat sebagai
berikut:
Pertama kali masuk sekolah:
Ø Jam-jam
belajar
Ø Disiplin dan
peraturan sekolah
Ø Kegiatan
belajar dan kegiatan yang lain
Ø Buku-buku/alat
pelajaran
Ø Fasilitas,
makanan, kesehatan, tempat bermain
Ø Fasilitas
transportasi
Ø Peraturan
tentang kunjungan orang tua
Memasuki SLTP:
Ø Jadwal
kegiatan sekolah
Ø Mata
pelajaran (berikut nama-nama guru)
Ø Kegiatan
ko-kurikuler
Ø Fasilitas
sumber belajar
Ø Sarana
penunjang
Ø Peraturan
sekolah serta hak dan kewajiban siswa dan orang tua
Ø Keadaan
fisik sekolah
Ø Prosedur penerimaan
Memasuki SLTA:
Ø Mata
pelajaran dan pembidangannya
Ø Jurusan/program yang disediakan
Ø Hubungan
antara satu jurusan dengan pekerjaan
Ø Tersedianya
latihan kursus
Ø Jadwal
kegiatan belajar
Ø Kegiatan ko
dan ekstrakurikuler
Ø Tuntutan
pengembangan sikap
Ø Peraturan
sekolah, hak dan kewajiban siswa
Ø Fasilitas
sumber belajar
Ø Pelayanan BK
Ø Kemungkinan
bea siswa
Ø Keadaan
fisik sekolah
Ø prosedur
penerimaan
Memasuki perguruan tinggi:
Ø Lembaga
pendidikan yang menyajikan program-program yang lebih spesifik
Ø Beasiswa dan
berbagai tujangan yang akan dapat diperoleh beserta syarat-syarat dan cara-cara
melamarnya
Ø Program-program
latihan khusus
Ø Kemungkinan
lain yang dapat dimasuki oleh lulusan SLTA
b.
Informasi
jabatan
Informasi jabatan bagi orang yang mau masuk dunia
kerja memuat hal-hal sebagai berikut:
Ø Struktur dan
kelompok-kelompok jabatan
Ø Uraian tugas
masing-masing jabatan
Ø Kualitas
tenaga yang diperlukan untuk
masing-masing jabatan
Ø Prosedur
penerimaan
Ø Kondisi
kerja
Ø Kesempatan
pengembangan karier
Ø Fasilitas
penunjang untuk kesejahteraan pekerjan
Sedangkan bagi yang masih duduk dibangku sekolah
disesuaikan dengan tingkatannya, dimulai dari tingkat yang paling awal dengan
berbagai tujuannya.
Tingkat SD
·
Mengembangkan sikap terhadap segala jenis pekerjaan.
·
Membawa anak-anak untuk menyadari betapa luasnya dunia
kerja.
·
Menjawab berbagai pertanyaan anak-anak tentang
pekerjaan.
·
Untuk memilih pekerjaan di masa depan perlu
kehati-hatian demi keberhasilan .
Tingkat SLTP
·
Mempelajari bidang pekerjaan secara lebih luas.
·
Melihat hubungan antara bidang pekerjaan dengan mata pelajaran yang ada di
sekolah.
·
Lebih mendalami informasi tentang pekerjaan tertentu.
·
Memahami cara-cara memperoleh informasi yang tepat
tentang dunia kerja.
Tingkat SLTA
·
Mepergunakan berbagai cara untuk memperdalam dan
memperluas pemahaman tentang dunia kerja.
·
Mengembangkan rencana sementara pekerjaan yang yang
akan menjadi pegangan setamat SLTA.
·
Memiliki pengetahuan tentang ataupun mempunyai
hubungan dengan pekerjaan tertentu.
Pasca SLTA
·
Penyesuaian pilihan
pekerjaan dan sekaligus pilihan program-program pendidikan dan latihan
yang relevan.
c.
Informasi sosial-budaya
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dinamis yang
diwarisi oleh puak-puak, suku-suku, agama, dan sebagainya. Untuk memungkinkan
hidup berdampingan antara satu dengan yang lain dapat dilakukan melalui
penyajian informasi sosial yang meliputi:
Ø Macam-macam
suku bangsa
Ø Adat
istiadat dan kebiasaan
Ø Agama dan
kepercayaan
Ø Bahasa (
terutama istilah yang dapat menimbulkan kesalahpahaman suku lain)
Ø Potensi-potensi
daerah
Ø Kekhususan
masyarakat atau daerah tertentu
2.
Metode layanan informasi sekolah
a.
Ceramah
Merupakan metode pemberian informasi yang paling
sederhana, mudah dan murah, dalam arti bahwa metode ini dapat dilakukan hampir
hampir semua petugas bimbingan di sekolah.
b.
Diskusi
Merupakan kegiatan membahas suatu hal, masalah secara
berkelompok. Siswa hendaknya didorong untuk mendapatkan sebanyak mungkin bahan
informasi yang akan disajikan.
c.
Karyawisata
Merupakan salah satu bentuk belajar mengajar dilakukan
di lapangan untuk mengamati objek-objek yang terdapat dalam masyarakat.
d.
Buku panduan
Dapat membantu siswa dalam mendapatkan banyak
informasi yang berguna, misal seperti buku panduan sekolah atau perguruan
tinggi, buku panduan kerja bagi para karyawan dan sebagainya.
e.
Konferensi karier
Konferensi ini juga disebut konferensi jabatan. Dalam
konferensi ini, para narasumber dikelompok-kelompok usaha, jawatan atau dinas
lembaga pendidikan diundang , mengadakan penyajian tentang berbagai aspek program
pendidikan dan latihan/pekerjaan yang diikuti oleh para siswa, kemudian
dilanjutkan sesi tanya jawab dan diskusi.
3.
Layanan informasi diluar sekolah
Layanan informasi yang diperlukan masyarakat di luar
sekolah akan lebih luas, seperti yang berkenaan dengan kehidupan beragama,
berkelurga, bekerja, bermasyarakat dan sebagainya. Cara penyajian informasi
kepada masyarakat tergantung pada jenis informasi yang diperlukan dan siapa
yang memerlukannya. Kembali kepada peranan yang ada di masyarakat, seperti LBH,
Puskesmas, biro perjalanan, kursus-kursus, pusat-pusat pengembangan dan
ketrampilan dan sebagainya. Peranan
konselor dapat berada didalam lembaga-lembaga tersebut atau dengan
membentuk seperti “Biro Pelayanan
Orientasi dan Informasi”.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1.
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang
dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap
lingkungan yang baru dimasukinya.
2.
Layanan orientasi di sekolah itu dapat berupa keadaan
fisik, materi dan kondisi kegiatan, peraturan dan berbagai ketentuan lainnya.
3.
Metode layanan orientasi sekolah dapat dilakukan
dengan kunjungan ke SD pemasok,
kunjungan ke SLTP pemesan, malam pertemuan dengan orang tua, staf konselor
bertemu dengan guru-guru membicarakan siswa-siswa baru, mengunjungi kelas,
memanfaatka siswa senior.
4.
Layanan orientasi diluar sekolah tergantung pada jenis
orientasi dan siapa yang memerlukannya. Misal seorang mantan narapidana
membutuhkan lembaga Pusat Rehabilitas Narapidana.
5.
Layanan informasi adalah dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman kepada individu yang yang berkepentingan tentang berbagai hal
diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan atau untuk menentukan arah
dan tujuan atau rencana yang dikehendaki.
6.
Jenis-jenis layanan informasi ada tiga, yaitu layanan
pendidikan, layanan jabatan, dan layanan informasi sosial budaya.
7.
Metode layanan informasi di sekolah yaitu seperti
metode ceramah, diskusi, wawancara, karyawisata, buku panduan, konferensi
karier, dan lain-lain.
8.
Layanan informasi diluar sekolah tergantung pada jenis
orientasi dan siapa yang memerlukannya. Seperti LBH, Puskesmas, Biro
Perjalanan, kursus-kursus, dan Biro Orientasi dan Informasi
B. Saran
1.
Pembekalan layanan orientasi dan layanan informasi
diberikan bukan hanya lewat pendidikan saja tetapi di dalam keluarga anak juga
harus mendapatkannya.
2.
Pemberian metode layanan BK sebaiknya disesuaikan
dengan kondiasi anak.
3.
Seorang konselor yang baik adalah seorang konselor
yang mampu sabar dan kompeten dalam menangani masalah anak didiknya.
4.
Sebaiknya anak diajarkan sedini mungkin mengenai
layanan orientasi dan informasi, supaya anak lebih siap bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno.dkk.
1994. Dasar-Dasar Bimbingan Dan
Konseling. Jakarta RINEKA CIPTA.
Halaman 255-272.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar