MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA
“BUDAYA”
Disusun untuk memenuhi
tugas Mata kuliah Pendidikan agama
Dosen
Pengampu: Drs. H.M. Durri AnNa’im.,M. Pd. I.

Disusun oleh : kelompok 7
1.
Siti Masitoh 12110181
2.
Yulia Kurniawati 12110182
3.
Khasanatul Lidayati 12110183
4.
Mirawati 12110184
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
PSIKOLOGI
PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
IKIP PGRI
SEMARANG
2012/2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Budaya berarti hasil cipta, karsa, rasa,
dan karya manusia baik yang materiil maupun non materiil, dengan hasil budaya
manusia, maka terjadilah pola kehidupan dan inilah yang menyebabkan hidup
bersama dan dapat mempengaruhi cara berfikir dan gerak sosial.
Budaya
dalam beragama merupakan suatu hal yang penting dalam menjalani
kehidupan. Misalnya budaya giat bekerja bagi orang beragama, dalam kehidupan
kita selalu melaksanakan perbuatan yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, maka bekerja artinya berkarya
yang mengeluarkan tenaga, cipta, rasa, dan karsa, sehingga makin besar kita
menggunakan tenaga, cipta, rasa, dan karsa, maka makin besar nilai karya yang
dihasilkan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian budaya dan kebudayaan itu ?
2. Bagaimanakah
tanggung jawab umat beragama dalam
budaya giat bekerja ?
3. Bagaimana
juga tanggung jawab dalam berfikir kritis, bersikap dan bertindak sesuai ajaran
agama ?
C.
Tujuan
Masalah
1. Menjelaskan
tentang pengertian budaya dan kebudayaan.
2. Menyampaikan
apa saja yang menjadi tanggung jawab umat beragama dalam budaya giat bekerja.
3. Menjabarkan
pengertian berfikir kritis, bersikap dan bertindak sesuai ajaran agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
budaya dan kebudayaan
Kebudayaan berasal dari bahasa
sansekerta “buddhayah” yang berarti budi
atau akal. Kebudayaan berasal dari bahasa arab “saqafah” bahasa belanda
“cultuur” dan bahasa inggris “culture” serta dari perkataan lain “colere” yang
artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan terutama mengolah
tanah atau bertani. Sedangkan arti culture adalah segala daya dan aktivitas
manusia untuk mengolah dan merubah alam.
Adapun menurut E.B Taylor dalam
‘primitif culture” mendefinisikan kebudayaan adalah sebagai berikut:
“kebudayaan adalah komplikasi dan
jalinan dalam keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
morak keagamaan, hukum, adat istiadat serta lain-lain kenyataan dan kebiasaan
yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat”.
Disinilah agama berfungsi dan
bermanfaat untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga
menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban islami.
Mengawali tugas pertama, Nabi
Muhammad meletakkan dasar-dasar kebudayaan islam yang kemudian berkembang
menjadi peradaban islam sehingga sampai keluar dari jazirah arab dan tersebar
sampai keseluruh dunia, dari sini terjadilah suatu proses panjang dan rumit,
yaitu asimilasi budaya setempat dengan nilai islam yang kemudian menghasilkan
kebudayaan islam yang berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui
kebenarannya secara universal.
Allah mengangkat seorang rosul dari
jenis manusia karena yang akan menjadi sasaran dakwah dan bimbingan adalah umat
manusia, untuk itulah misi utama nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi dan
rosul adalah menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia dan seluruh alam raya
ini, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Anbiya’: 107 yang artinya: “Dan Kami
tidak mengutus engkau Muhammad, melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam
”.
B.
Giat
bekerja bagi orang beragama
Dalam
kehidupan, kita selalu melaksanakan perbuatan yang menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat, maka bekerja artinya berkarya yang mengeluarkan tenaga, rasa, dan
karsa, sehinnga makin besar kita menggunakan tenaga, rasa, dan karsa, maka
makin besar nilai karya yang dihasilkan.
Di
dalam bekerja kita seharusnya senantiasa mengingat Allah dengan menghindarkan
diri dari kecurangan, penyelewengan sehingga dengan demikian tercapailah
kebahagiaan dan keberuntungan didunia dan diakhirat.
Berkarya
berarti berbuat sesuatu yang menggunakan tenaga jasmani dipadukan dengan cipta,
rasa, dan karsa manusia sehingga berkarya disebut juga bekerja.
Bila dilihat dari sudut bekerja,
maka kehidupan manusia ini seakan-akan dipanggil untuk bekerja, artinya siapa
yang sengaja tidak bekerja tidak memenuhi panggilan Allah untuk hidup,
sebagaimana riwayat Thabrani dan Bazzar yang artinya “berpagi-pagilah kamu
dalam mencari rezeki dan kebutuhan hidup, karena pagi hari adalah saat
keberkahan dan keberhasilan”.
Berdasarkan hadist diatas,
panggilan dan perintah mencari rezeki dan kebutuhn hidup sangat di wajibkan,
karena kita hidup dalam dunia fana ini, sehinnga sampai ditunjukkan waktu pagi
hari adalah waktu keberkahan dan keberhasilan yang gemilang.
Praktik kerja keras itu telah
dilakukan Rasulullah SAW. Dari semenjak
ia kanak- kanak hingga akhir hayatnya. Beliau tercatatat dalam sejarah sebagai
orang yang gemar berniaga dengan penuh semangat dan kejujuran. Demikian pula
para sahabat dekatnya seperti : Abu bakar, Umar, Usman dan Ali, dikenal pula
pedagang atau pengusaha yang ulet dan jujur. Bahkan Umar pernah berkata :
Jangan kamu sekali-kali duduk termenung dan tidak suka bekerja keras mencari
rezeki dan hanya berdo’a saja : Ya Allah berilah hamba rezeki”.
Orang muslim harus rajin dan giat
berkarya dan bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, namun ketika mendengar
panggilan sholat, hendakknya meninggalkan sejenak urusan dunia, seperti
perniagaan dan segala urusan dunia lainnya serta bergegas untuk pergi kemasjid
dalam rangka melaksanakan panggilan sholat tersebut, dengan cara biasa dan
wajar serta tidak berlari-lari, tetapi berjalan dengan tenang sampai ketempat
ibadah.
Dan seandainya orang islam
mengetahui berapa besar pahala yang akan diperoleh, maka mereka akan lebih
mengutamakan memenuhi panggialn tersebut, dari pada tetap bertempat untuk
meneruskan urusan duniawi semata, seperti yang disabdakan Nabi Muhammad SAW
yang artinya”kerjakanlah urusan duniamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya
dan kerjakanlah urusan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok” (HR. Ibnu
Asakir).
C.
Tanggungjawab
umat beragama dalam budaya giat bekerja
Dalam ajaran islam, umatnya
dilarang untuk hidup santai dan bermalas-malasan, sehingga dalam bekerja maupun
beribadah kepada Allah SWT harus dilandasi ibadah dan ikhlas kepadanya,
sehingga akan terjalin antara kepentingan dunia dan kepentingan akan akhirat
sebagaimana firman Allah yang artinya:”dan carilah pahala negeri akhirat dengan
apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan
didunia dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu.” (QS. Al-Qasas:77).
Berdasarkan ayat tersebut, Allah
memerintahkan setiap mukmin untuk bertanggungjawab dan menciptakan keseimbangan
antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, sehingga masing-masing yang ada
dialam ini baik diri sendiri, keluarga dan lainnya masing-masing mempunyi hak
yang harus dipenuhi oleh setiap muslim, untuk itulah dalam rangka mencari
kehidupan didunia harus sesuai yang dugariskan oleh Allah SWT.
Adapun dalam mengerjakan urusan dunia
harus bekerja giat dan keras, sedangkan ketika saatnya menghadap Allah yang
maha kuasa tidak boleh ditunda-tunda dan ditawar lagi, serta segera dikerjakan
karena dapat diumpamakan besok sudah mati, sebagaimana yang fatwakan Umar bin
Khatab ra yang artinya:”apabila pada waktu sore, janganlah menunggu pagi, dan apabila
engkau pada waktu pagi janganlah engkau menunggu sore ”(HR. Bukhori Muslim).
Namun ketika menghadapi urusan duniawi
masih ada waktu, sehingga selesai ibadah diharapkan dengan cepat bekerja
kembali untuk mencari rezeki yang telah dianugerahkan Allah SWT, sebagaimana
firman Allah yang artinya:”maka apabila engkau telah selesai dari urusan tetap
bekerja keras untuk urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah kamu
berharap” (QS. Al-insyiroh: 7-8).
Berdasarkan ayat ini, umat islam
kalau bekerjka harus sungguh-sungguh dengan giat bahkan sampai keluar
keringatnya, sehingga dalam bekerja apapun pekerjaanya selama tidak
bertentangan dengan nilai-nilai agama dan tidak melanggar ketentuan Allah, dan
dapat dikerjakan dengan membawa nilai tambah bagi kehidupan masing-masing serta
dikerjakan dengan penuh rasa ikhlas lahir batin dan disertai rasa tanggung
jawab yang penuh. Sabda rosulullah yang artinya:” tidak ada makanan yang
dimakan seseorang yang tidak lebih dari hasil karyanya sendiri, dan
sesungguhnya Nabi Daud AS selalu makan dari hasil karya tangannya” (HR. Bukhari
dan Nasa’i).
Sehingga bekerja dan memakan hasil
pekerjaanya terasa lebih nikmat, karena hasil jerih payah seseorang dengan
ketulusan dan rasa tanggungjawab akan terasa lebih nikmat.
Umat islam dalam bekerja ini harus
dibarengi dan sering berdoa memohon kepada Allah SWT, sebagaimana doa yang
diajarkan rosulullah SAW yang artinya “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari
sifat lemah, malas dan penakut, dan aku berlindung kepadamu dari siksa kubur,
ujian hidup dan ujian mati” (HR.Muslim).
Berdasarkan pada doa yang sering
diucapkan Nabi Muhammad dan dilanjutkan
oleh umatnya, maka diharapkan umat islam dapat terhindar dan dijauhkan dari
sifat lemah, malas dan pengecut serta dijauhkan dari siksa kubur, ujian hudup
dan ujian mati.
Maka dari itu, kita dilarang meminta dan
kemudian pasrah begitu saja, namun seharusnya kita rajin bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehingga tercapai kesejahteraan lahir atau batin serta
kebahagiaan dunia dan akhirat.
D.
Pengertian
berfikir kritis
Islam memerintahkan kepada umatnya untuk
berfikir dan mencari ilmu agar mendapatkan kebahagiaan baik didunia maupun
diakhirat, sehingga dalam Al-Qur’an sendiri ilmu pengetahuan yang pasti dan
jitu serta tidak terdapat pertentangan didalamnya, maka mukjizat Al-Qur’an dan
Islam yang paling utama adalah hubungannya dengan ilmu pengetahuan.
Di dalam Al-Qu’an terdapat kurang lebih
750 rujukan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, sementara tidak ada agama
atau kebudayaan yang lain dan menegaskan dengan terang akan kepentingan ilmu
dalam kehidupan manusia untuk menjamin kebahagiaan didunia dan diakhirat.
Adapun ilmu yang terkandung dalam
Al-Qur’an adalah ilmu yang berhubungan dengan ilmu kemasyarakatan yang
menunjukkan pada urusan halal dan haramnya suatu aktifitas, peradaban,
mu’amalat antara manusia dalam bidang ekonomi, perniagaan, sosial, budaya,
peperangan dan perhubungan antar bangsa, sebagaimana yang diajarkan oleh nabi
Muhammad SAW : “Jadilah kamu orang pandai, atau pelajar atau para pendengar
atau menjadi pecinta, dan janganlah kamu menjadi orang kelima sebab kamu akan
binasa.” (Hr. Al- Baihaqi)
Secara jelas bahwa diatas mengisyaratkan
kepada kita untuk berpikir jernih dan kritis dalam menghadapi suatu masalah,
karena apapun yang dihadapi manusia pasti akan ada solusinya.
Adapun penjelasan Adabud Dunya dan
Adabud Din antara lain :
Pertama, Adabud Dunya merupakan tata
cara dan aturan yang mengatur bagaimana orang dapat mendaaptkan kebutuhan dunia
dengan baik, halal, dan diridloi oleh Allah SWT.
Kedua, Adabud Din merupakan tata cara dan
aturan yang mengatur bagaimana orang dapat mendapatkan kebutuhan akhirat yang
baik.
Berdasarkan Al-Qur’an dan hadits, orang
untuk mendapatkan kehidupan didunia maupun kehidupan diakhirat, seyogyanya
dibarengi dengan ilmu pengetahuan dan berfikir kritis agar mendapatkan apa yang
dicita-citakan dan diinginkan.
Dengan demikian, berfikir kritis adalah
suatu usaha untuk mendapatka apa yang diinginkan dengan baik dari ilmu
pengetahuan yang memadai baik dari ilmu pengetahuan umum maupun ilmu
pengetahuan Agama.
E.
Pengertian
bersikap dan bertindak sesuai ajaran Agama
Agama merupakan suatu tuntutan dan
pedoman hidup yang didalamnya terdapat ajaran beragam tentang pedoman dan
tuntutan yang harus dilaksanakan oleh
setiap pemeluknya, sehinngga dapat diyakini adanya kekuasaan Allah dibumi yang
menciptakan alam semesta dan segalanya diperuntukkan untuk kebahagiaan manusia,
untuk itu manusia dalam berfikir dan bersikap serat bertindak harus sesuai
dengan ketentuan agama, sebab apapun yang diperbuat oleh manusia akan diketahui
oleh Allah SWT, seberapapun besarnya nilai perbuatan tersebut.
Bukankah Allah telah memberi kepada
manusia dua malaikat yang senantiasa selalu mengawasi segala gerak-geriknya
dengan sekaligus mencatat amal perbuatannya, sebagaimana firman Allah SWT yang
artinya :” Dan sesungguhnya bagi kamu ada malaikat-malaikat yang mengawasi pekerjaanmu
yang mulia disisi Allah dan yang mencatat perbuatanmu, mereka mengetahui apa
yang kamu kerjakan,” (Qs. Al- Infitar : 10-20)
Pada dasarnya manusia memiliki harkat, derajat dan martabat
yang sama disisi Allah, juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama, namun
dengan sering terjadinya penyelewengan dan perbuatan penindasan serta pemerasan
manusia atas manusia lain, bangsa atas bangsa lain, sedangkan pikiran manusia,
rasa dan karsa itu tidak dapat mewujudkan suatu tujuan yang baik yang
diinginkannya, misalnya seorang pencuri mampunyai akal, rasa dan karsa namun
digunakan semata-mata untuk memuaskan dirinya sendiri dan merugikan orang lain
bahkan perbuatan tersebut dilarang dalam ajaran agama.
Dengan demikian, bersikap dan bertindak
sesuai ajaran agama adalah sebagaimana agar manusia melakukan perbuatan yang
baik dan mendapat ridlo Allah dengan selalu berpegang teguh pada keyakinan dan
keimanan kepada-Nya, agar dibimbing menuju jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang yang telah mendapat
kenikmatan yang sempurna dari Allah SWT.
F.
Tanggung
jawab umat beragama daalm bersikap dan bertindak serta berfikir sesuia ajaran
Agama.
Pola berfikir dan bersikap serta
bertindak yang sesuai ajaran Agamanya, antara lain sebagai berikut :
1. Ketahanan
di bidang ideology yang berakar pada kepribadian bangsa yang tercermin secara
utuh dan sesuai dengan ajaran agama.
2. Ketahanan
di bidang politik, daalm rangka untuk membina stabilitas politik yang merupakan
tumpukan harapan bangsa, dan ini merupakan bagian ajaran agama dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
3. Ketahanan
di bidang ekonomi, yaitu usaha pembangunan ekonomi yang adil dan merata yang
harus menyentuh semua lapisan masyarakat .
4. Ketahanan
di bidang sosial budaya yang memerlukan rasa senasib dan sepenanggungan serta
harmoni sosial yang dapat di capai dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
serta mengakui eksistensi dan identitas pihak lain, ilmu agama, sains, dan
filsafat pada zaman klasik islam, tidak lain untuk membuktikan secara historis
bahwa agama tidak bertentangan dan tidak menghambat pembangunan sosial budaya.
5. Bidang
ketahanan dan keamanan, peran serta ini diharapakn sebagai contoh sosial amar
ma’ruf nahi munkar. Hal ini dapat dilakukan dengan usaha sebagai berikut :
-
Mempertebal dan
memperkokoh iman seseorang.
-
Meningkatkan tata
kehidupan umat secara luas.
-
Meningkatkan pembinaan
akhlak.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Jadi
kebudayaan adalah komplikasi dan jalinan dalam keseluruhan yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, morak keagamaan, hukum, adat istiadat serta lain-lain
kenyataan dan kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat. Dan
budaya juga merupakan tanggungjawab umat beragama dalam giat bekerja, serta
berfikir dan bertindak sesuia dengan ajaran agama.
B.
Saran
Kami banyak
berharap pembaca dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini sehingga kami dapat memperbaiki dikesempatan berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
An
Na’im, Durri dan Rahmat Rais. 2012. Pengembangan KEPRIBADIAN dalam Pendidikan
Agama Islam. Ikip Pgri : Semarang
Ali,
zainuddin. 2006. Pendidikan Agama Islam. Bumi Aksara : Jakarta
Aminuddin,
dkk. 2004. pendidikan Agama Islam. Bumi Aksara : Jakarta
thanks mba sangat bermanfaat untuk tugas :v
BalasHapusSemoga bermanfaat :)
BalasHapus