Rabu, 20 Agustus 2014

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA “BUDAYA”



MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA
“BUDAYA”

Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Pendidikan agama
Dosen Pengampu: Drs. H.M. Durri AnNa’im.,M. Pd. I.




Disusun oleh  : kelompok 7
1.         Siti Masitoh                    12110181
2.         Yulia Kurniawati            12110182
3.         Khasanatul Lidayati       12110183
4.         Mirawati                         12110184



FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
IKIP PGRI SEMARANG
 2012/2013



















BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar belakang

Budaya berarti hasil cipta, karsa, rasa, dan karya manusia baik yang materiil maupun non materiil, dengan hasil budaya manusia, maka terjadilah pola kehidupan dan inilah yang menyebabkan hidup bersama dan dapat mempengaruhi cara berfikir dan gerak sosial.
Budaya  dalam beragama merupakan suatu hal yang penting dalam menjalani kehidupan. Misalnya budaya giat bekerja bagi orang beragama, dalam kehidupan kita selalu melaksanakan perbuatan yang menghasilkan sesuatu yang  bermanfaat, maka bekerja artinya berkarya yang mengeluarkan tenaga, cipta, rasa, dan karsa, sehingga makin besar kita menggunakan tenaga, cipta, rasa, dan karsa, maka makin besar nilai karya yang dihasilkan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian budaya dan kebudayaan itu ?
2.      Bagaimanakah tanggung  jawab umat beragama dalam budaya giat bekerja ?
3.      Bagaimana juga tanggung jawab dalam berfikir kritis, bersikap dan bertindak sesuai ajaran agama ?
C.    Tujuan Masalah
1.      Menjelaskan tentang pengertian budaya dan kebudayaan.
2.      Menyampaikan apa saja yang menjadi tanggung jawab umat beragama dalam budaya giat bekerja.
3.      Menjabarkan pengertian berfikir kritis, bersikap dan bertindak sesuai ajaran agama.














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian budaya dan kebudayaan

Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta  “buddhayah” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan berasal dari bahasa arab “saqafah” bahasa belanda “cultuur” dan bahasa inggris “culture” serta dari perkataan lain “colere” yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan terutama mengolah tanah atau bertani. Sedangkan arti culture adalah segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan merubah alam.
Adapun menurut E.B Taylor dalam ‘primitif culture” mendefinisikan kebudayaan adalah sebagai berikut:
“kebudayaan adalah komplikasi dan jalinan dalam keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, morak keagamaan, hukum, adat istiadat serta lain-lain kenyataan dan kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat”.
Disinilah agama berfungsi dan bermanfaat untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban islami.
Mengawali tugas pertama, Nabi Muhammad meletakkan dasar-dasar kebudayaan islam yang kemudian berkembang menjadi peradaban islam sehingga sampai keluar dari jazirah arab dan tersebar sampai keseluruh dunia, dari sini terjadilah suatu proses panjang dan rumit, yaitu asimilasi budaya setempat dengan nilai islam yang kemudian menghasilkan kebudayaan islam yang berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenarannya secara universal.
Allah mengangkat seorang rosul dari jenis manusia karena yang akan menjadi sasaran dakwah dan bimbingan adalah umat manusia, untuk itulah misi utama nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi dan rosul adalah menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia dan seluruh alam raya ini, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Anbiya’: 107 yang artinya: “Dan Kami tidak mengutus engkau Muhammad, melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam ”.







B.     Giat bekerja bagi orang beragama

Dalam kehidupan, kita selalu melaksanakan perbuatan yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, maka bekerja artinya berkarya yang mengeluarkan tenaga, rasa, dan karsa, sehinnga makin besar kita menggunakan tenaga, rasa, dan karsa, maka makin besar nilai karya yang dihasilkan.
Di dalam bekerja kita seharusnya senantiasa mengingat Allah dengan menghindarkan diri dari kecurangan, penyelewengan sehingga dengan demikian tercapailah kebahagiaan dan keberuntungan didunia dan diakhirat.
Berkarya berarti berbuat sesuatu yang menggunakan tenaga jasmani dipadukan dengan cipta, rasa, dan karsa manusia sehingga berkarya disebut juga bekerja.
Bila dilihat dari sudut bekerja, maka kehidupan manusia ini seakan-akan dipanggil untuk bekerja, artinya siapa yang sengaja tidak bekerja tidak memenuhi panggilan Allah untuk hidup, sebagaimana riwayat Thabrani dan Bazzar yang artinya “berpagi-pagilah kamu dalam mencari rezeki dan kebutuhan hidup, karena pagi hari adalah saat keberkahan dan keberhasilan”.
Berdasarkan hadist diatas, panggilan dan perintah mencari rezeki dan kebutuhn hidup sangat di wajibkan, karena kita hidup dalam dunia fana ini, sehinnga sampai ditunjukkan waktu pagi hari adalah waktu keberkahan dan keberhasilan yang gemilang.
Praktik kerja keras itu telah dilakukan Rasulullah SAW.  Dari semenjak ia kanak- kanak hingga akhir hayatnya. Beliau tercatatat dalam sejarah sebagai orang yang gemar berniaga dengan penuh semangat dan kejujuran. Demikian pula para sahabat dekatnya seperti : Abu bakar, Umar, Usman dan Ali, dikenal pula pedagang atau pengusaha yang ulet dan jujur. Bahkan Umar pernah berkata : Jangan kamu sekali-kali duduk termenung dan tidak suka bekerja keras mencari rezeki dan hanya berdo’a saja : Ya Allah berilah hamba rezeki”.





Orang muslim harus rajin dan giat berkarya dan bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, namun ketika mendengar panggilan sholat, hendakknya meninggalkan sejenak urusan dunia, seperti perniagaan dan segala urusan dunia lainnya serta bergegas untuk pergi kemasjid dalam rangka melaksanakan panggilan sholat tersebut, dengan cara biasa dan wajar serta tidak berlari-lari, tetapi berjalan dengan tenang sampai ketempat ibadah.

Dan seandainya orang islam mengetahui berapa besar pahala yang akan diperoleh, maka mereka akan lebih mengutamakan memenuhi panggialn tersebut, dari pada tetap bertempat untuk meneruskan urusan duniawi semata, seperti yang disabdakan Nabi Muhammad SAW yang artinya”kerjakanlah urusan duniamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya dan kerjakanlah urusan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok” (HR. Ibnu Asakir).

C.    Tanggungjawab umat beragama dalam budaya giat bekerja

Dalam ajaran islam, umatnya dilarang untuk hidup santai dan bermalas-malasan, sehingga dalam bekerja maupun beribadah kepada Allah SWT harus dilandasi ibadah dan ikhlas kepadanya, sehingga akan terjalin antara kepentingan dunia dan kepentingan akan akhirat sebagaimana firman Allah yang artinya:”dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan didunia dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” (QS. Al-Qasas:77).
Berdasarkan ayat tersebut, Allah memerintahkan setiap mukmin untuk bertanggungjawab dan menciptakan keseimbangan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, sehingga masing-masing yang ada dialam ini baik diri sendiri, keluarga dan lainnya masing-masing mempunyi hak yang harus dipenuhi oleh setiap muslim, untuk itulah dalam rangka mencari kehidupan didunia harus sesuai yang dugariskan oleh Allah SWT.









Adapun dalam mengerjakan urusan dunia harus bekerja giat dan keras, sedangkan ketika saatnya menghadap Allah yang maha kuasa tidak boleh ditunda-tunda dan ditawar lagi, serta segera dikerjakan karena dapat diumpamakan besok sudah mati, sebagaimana yang fatwakan Umar bin Khatab ra yang artinya:”apabila pada waktu sore, janganlah menunggu pagi, dan apabila engkau pada waktu pagi janganlah engkau menunggu sore ”(HR. Bukhori Muslim).

Namun ketika menghadapi urusan duniawi masih ada waktu, sehingga selesai ibadah diharapkan dengan cepat bekerja kembali untuk mencari rezeki yang telah dianugerahkan Allah SWT, sebagaimana firman Allah yang artinya:”maka apabila engkau telah selesai dari urusan tetap bekerja keras untuk urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap” (QS. Al-insyiroh: 7-8).

Berdasarkan ayat ini, umat islam kalau bekerjka harus sungguh-sungguh dengan giat bahkan sampai keluar keringatnya, sehingga dalam bekerja apapun pekerjaanya selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama dan tidak melanggar ketentuan Allah, dan dapat dikerjakan dengan membawa nilai tambah bagi kehidupan masing-masing serta dikerjakan dengan penuh rasa ikhlas lahir batin dan disertai rasa tanggung jawab yang penuh. Sabda rosulullah yang artinya:” tidak ada makanan yang dimakan seseorang yang tidak lebih dari hasil karyanya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Daud AS selalu makan dari hasil karya tangannya” (HR. Bukhari dan Nasa’i).
Sehingga bekerja dan memakan hasil pekerjaanya terasa lebih nikmat, karena hasil jerih payah seseorang dengan ketulusan dan rasa tanggungjawab akan terasa lebih nikmat.
Umat islam dalam bekerja ini harus dibarengi dan sering berdoa memohon kepada Allah SWT, sebagaimana doa yang diajarkan rosulullah SAW yang artinya “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah, malas dan penakut, dan aku berlindung kepadamu dari siksa kubur, ujian hidup dan ujian mati” (HR.Muslim).







Berdasarkan pada doa yang sering diucapkan Nabi Muhammad  dan dilanjutkan oleh umatnya, maka diharapkan umat islam dapat terhindar dan dijauhkan dari sifat lemah, malas dan pengecut serta dijauhkan dari siksa kubur, ujian hudup dan ujian mati.
Maka dari itu, kita dilarang meminta dan kemudian pasrah begitu saja, namun seharusnya kita rajin bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga tercapai kesejahteraan lahir atau batin serta kebahagiaan dunia dan akhirat.

D.    Pengertian berfikir kritis

Islam memerintahkan kepada umatnya untuk berfikir dan mencari ilmu agar mendapatkan kebahagiaan baik didunia maupun diakhirat, sehingga dalam Al-Qur’an sendiri ilmu pengetahuan yang pasti dan jitu serta tidak terdapat pertentangan didalamnya, maka mukjizat Al-Qur’an dan Islam yang paling utama adalah hubungannya dengan ilmu pengetahuan.
Di dalam Al-Qu’an terdapat kurang lebih 750 rujukan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, sementara tidak ada agama atau kebudayaan yang lain dan menegaskan dengan terang akan kepentingan ilmu dalam kehidupan manusia untuk menjamin kebahagiaan didunia dan diakhirat.
Adapun ilmu yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah ilmu yang berhubungan dengan ilmu kemasyarakatan yang menunjukkan pada urusan halal dan haramnya suatu aktifitas, peradaban, mu’amalat antara manusia dalam bidang ekonomi, perniagaan, sosial, budaya, peperangan dan perhubungan antar bangsa, sebagaimana yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW : “Jadilah kamu orang pandai, atau pelajar atau para pendengar atau menjadi pecinta, dan janganlah kamu menjadi orang kelima sebab kamu akan binasa.” (Hr. Al- Baihaqi)
Secara jelas bahwa diatas mengisyaratkan kepada kita untuk berpikir jernih dan kritis dalam menghadapi suatu masalah, karena apapun yang dihadapi manusia pasti akan ada solusinya.
Adapun penjelasan Adabud Dunya dan Adabud Din antara lain :
Pertama, Adabud Dunya merupakan tata cara dan aturan yang mengatur bagaimana orang dapat mendaaptkan kebutuhan dunia dengan baik, halal, dan diridloi oleh Allah SWT.







Kedua, Adabud Din merupakan tata cara dan aturan yang mengatur bagaimana orang dapat mendapatkan kebutuhan akhirat yang baik.
Berdasarkan Al-Qur’an dan hadits, orang untuk mendapatkan kehidupan didunia maupun kehidupan diakhirat, seyogyanya dibarengi dengan ilmu pengetahuan dan berfikir kritis agar mendapatkan apa yang dicita-citakan dan diinginkan.
Dengan demikian, berfikir kritis adalah suatu usaha untuk mendapatka apa yang diinginkan dengan baik dari ilmu pengetahuan yang memadai baik dari ilmu pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan Agama.

E.     Pengertian bersikap dan bertindak sesuai ajaran Agama   
Agama merupakan suatu tuntutan dan pedoman hidup yang didalamnya terdapat ajaran beragam tentang pedoman dan tuntutan yang harus dilaksanakan  oleh setiap pemeluknya, sehinngga dapat diyakini adanya kekuasaan Allah dibumi yang menciptakan alam semesta dan segalanya diperuntukkan untuk kebahagiaan manusia, untuk itu manusia dalam berfikir dan bersikap serat bertindak harus sesuai dengan ketentuan agama, sebab apapun yang diperbuat oleh manusia akan diketahui oleh Allah SWT, seberapapun besarnya nilai perbuatan tersebut.
Bukankah Allah telah memberi kepada manusia dua malaikat yang senantiasa selalu mengawasi segala gerak-geriknya dengan sekaligus mencatat amal perbuatannya, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya :” Dan sesungguhnya bagi kamu ada malaikat-malaikat yang mengawasi pekerjaanmu yang mulia disisi Allah dan yang mencatat perbuatanmu, mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (Qs. Al- Infitar : 10-20)
Pada dasarnya  manusia memiliki harkat, derajat dan martabat yang sama disisi Allah, juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama, namun dengan sering terjadinya penyelewengan dan perbuatan penindasan serta pemerasan manusia atas manusia lain, bangsa atas bangsa lain, sedangkan pikiran manusia, rasa dan karsa itu tidak dapat mewujudkan suatu tujuan yang baik yang diinginkannya, misalnya seorang pencuri mampunyai akal, rasa dan karsa namun digunakan semata-mata untuk memuaskan dirinya sendiri dan merugikan orang lain bahkan perbuatan tersebut dilarang dalam ajaran agama.





Dengan demikian, bersikap dan bertindak sesuai ajaran agama adalah sebagaimana agar manusia melakukan perbuatan yang baik dan mendapat ridlo Allah dengan selalu berpegang teguh pada keyakinan dan keimanan kepada-Nya, agar dibimbing menuju jalan yang lurus  yaitu jalan orang-orang yang telah mendapat kenikmatan yang sempurna dari Allah SWT.

F.     Tanggung jawab umat beragama daalm bersikap dan bertindak serta berfikir sesuia ajaran Agama.
Pola berfikir dan bersikap serta bertindak yang sesuai ajaran Agamanya, antara lain sebagai berikut :
1.      Ketahanan di bidang ideology yang berakar pada kepribadian bangsa yang tercermin secara utuh dan sesuai dengan ajaran agama.
2.      Ketahanan di bidang politik, daalm rangka untuk membina stabilitas politik yang merupakan tumpukan harapan bangsa, dan ini merupakan bagian ajaran agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3.      Ketahanan di bidang ekonomi, yaitu usaha pembangunan ekonomi yang adil dan merata yang harus menyentuh semua lapisan masyarakat .
4.      Ketahanan di bidang sosial budaya yang memerlukan rasa senasib dan sepenanggungan serta harmoni sosial yang dapat di capai dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan serta mengakui eksistensi dan identitas pihak lain, ilmu agama, sains, dan filsafat pada zaman klasik islam, tidak lain untuk membuktikan secara historis bahwa agama tidak bertentangan dan tidak menghambat pembangunan sosial budaya.
5.      Bidang ketahanan dan keamanan, peran serta ini diharapakn sebagai contoh sosial amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini dapat dilakukan dengan usaha sebagai berikut :
-          Mempertebal dan memperkokoh iman seseorang.
-          Meningkatkan tata kehidupan umat secara luas.
-          Meningkatkan pembinaan akhlak.












BAB III
PENUTUP


A.    Simpulan

Jadi kebudayaan adalah komplikasi dan jalinan dalam keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, morak keagamaan, hukum, adat istiadat serta lain-lain kenyataan dan kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat. Dan budaya juga merupakan tanggungjawab umat beragama dalam giat bekerja, serta berfikir dan bertindak sesuia dengan ajaran agama.

B.     Saran
Kami  banyak  berharap  pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini  sehingga kami dapat memperbaiki  dikesempatan berikutnya. 
























DAFTAR PUSTAKA

An Na’im, Durri dan Rahmat Rais. 2012. Pengembangan KEPRIBADIAN dalam Pendidikan Agama Islam. Ikip Pgri : Semarang
Ali, zainuddin. 2006. Pendidikan Agama Islam. Bumi Aksara : Jakarta
Aminuddin, dkk. 2004. pendidikan  Agama Islam.  Bumi Aksara : Jakarta




2 komentar: